Inside Out
Menceritakan tentang seorang anak bernama Riley dan emosi di dalam dirinya, antara lain Joy ( Kegembiraan ), Fear ( Ketakutan ), Sadness ( Kesedihan ), Disgust ( Kejijikan ), dan Anger ( Kemarahan ), mereka hidup didalam kepala Riley, dan mereka pengendali utama di markas besar didalam kepala Riley. Emosi - emosi itu hidup dalam dirinya dan mempunyai peran masing - masing untuk diri Riley, tidak hanya emosi, namun di dalam kepala Riley juga ada ingatan, ingatan biasa dan memori inti. Memori inti ini lah yang membuat diri Riley, menjadi Riley yang sekarang. Mereka beranggapan bahwa Joy lah yang paling penting dan dibutuhkan Riley, hampir semua masalah Joy yang menyelesaikan. Riley tinggal di Minnesota, ia bahagia disana, namun kebahagiaannya tak bertahan lama ketika Riley dan keluarganya harus pindah ke San Francisco karena pekerjaan ayahnya.
Riley dan keluarganya pun mulai pindahan mereka. Riley awalnya takut, namun emosi dalam dirinya membuat ia semangat lagi karena imajinasi - imajinasi yang dikeluarkannya. Riley sangat bersemangat tentang rumah barunya, kamar barunya, sekolah baru nya, semua tentang kota baru yang akan ia tiggali. Namun, saat tiba di rumah barunya, tidak seperti harapan Riley. Rumahnya kotor, kumuh, dan sempit, beda sekali dengan rumah lama Riley. Yang lebih mengecewakannya lagi, kamar Riley juga tidak jauh beda dengan kondisi rumahnya, ia berpikir untuk mendekorasi kamarnya, namun ternyata truk pindahan mereka hilang arah dan dikabarkan bisa sampai satu minggu untuk truk mereka sampai. Riley sangat putus asa, ia tak menyukai kehidupan barunya.
Keesokan paginya, Riley mencoba semangat untuk memulai sekolah barunya. Saat sampai di gerbang sekolah, Riley gugup. Saat dikelaspun ia masih gugup, bahkan saat ia memperkenalkan diri ia menangis, membuat teman - teman barunya menertawakannya. Riley merasa malu, sepulang sekolah ibunya menawarkan Riley untuk bergabung ke tim hokey karena itulaah hobi Riley, namun itu juga kacau. Di dalam kepala Riley, Joy dan Sadness sedang bertengkar karena Sadness ingin menyentuh memori - memori Riley, namun itu hanya akan membuat memori Riley menjadi sedih. Tanpa mereka sadar saat mereka bertengkar, Joy tidak sengaja tersedot ke dalam pipa yang membawa mereka ke tempat memori - memori Riley disimpan, awalnya Joy mencoba menahan agar ia tidak tersedot, namun karena Sadness ikut tersedot akhirnya tekanan nya terlalu besar sehingga mereka berdua terlempar ke tempat penyimpanan memori.
Selama Joy dan Sadness tidak ada di markas utama, Anger lah yang hampir mengontrol semuanya, dan karena kehidupan Riley sedang kacau, ditambah lagi Anger yang pegang kendali menjadi semakin kacau. Anger tidak tau apa yang harus dilakukan, karena selama ini Joy lah yang selalu mempunyai solusi. Sementara Joy dan Sadness mencoba mencari jalan pulang, Anger menanamkan ide gila di Riley untuk kabur dari rumah. Riley benar - benar melakukannya, ia bahkan mencuri uang ibunya untuk membeli tiket bus ke Minnesota. Ketika keadaan seperti ini, markas utama keos. Mereka panik dan ingin mencabut ide ini dari kepala Riley, namun semuanya sudah terlambat, Riley sudah tidak bisa di kontrol oleh emosi - emosinya.
Sementara itu, Joy yang sedari tadi mencari jalan pulang menyadari bahwa beberapa alasan Riley mendapat dukungan dan kebahagiaan dari orang - orang sekitarnya ialah karena Riley sedih. Selama ini Joy tidak pernah membiarkan Sadness mengambil kontrol karena ia tidak ingin Riley sedih, namun ketika Joy sedang menyusuri lorong penyimpanan memori, pikirannya terbuka. Joy dan Sadness pun berbaikan, dan mencari jalan untuk ke markas utama bersama. Saat mereka sampai disana, Riley sudah kabur dari rumah, ia bahkan sudah menaiki bus dan bus sudah berjalan. Joy mencoba meyakinkan Sadness untuk mengontrol Riley, Sadness pun ragu namun akhirnya mencoba untuk melepas ide di kepala Riley dan ia pun berhasil. Lalu Sadness juga menyentuh memori inti Riley, membuat Riley mengingat semua memori itu
Karena itu lah, Riley memutuskan untuk balik ke rumah. Saat sampai di rumha orang tuanya sangat khawatir, Riley menceritakan semuanya dan orang tuanya pun paham. Orang tua Riley mencoba menenangkan Riley dan sama sekali tidak marah akan perbuatan Riley. Riley menangis di pelukan kedua orang tuanya. Setelah itu, kehidupan Riley pun mulai membaik, dan akhirnya ia bisa hidup bahagia di San Francisco.
0 comments:
Post a Comment